Bagaimana hayati?

Alif
Aku? apalagi aku yang tak berarti ini. bagaimana mungkin lautan kan ku keringkan? bagaimanakah caranya agar gunung itu runtuh? Sedangkan kata cinta pun tak pernah terucap untuk mu. Ya, tak tau diri, mungkin itu yang pantas aku sandang, pengecut, atau sejuta gelar hinaan lainnya. aku sudah berusaha lari dan terus berlari, tapi rasa tetap timbul di dalam hati.

Bagaimana? bagaimana hendak ku tepis kodrat yang mengharuskan ku mencintaimu? rasa yang timbul itu alami dari hati ku, telah ku ingkari rasa yang menggelora di dalam hati, tapi bibir ini tak pernah mau berhenti menyebut nama mu. mata ku memandang luasnya dunia ku, indahnya alam negeri ku, tapi saat aku sendiri, saat gelap mencekam hati, sunyi dalam genggaman kegelapan, terngiang wajah mu yang manis dalam sebuah lukisan di dalam hati, terpampang jelas di sanubari, dengan sebuah nama, wahai kau hayati.
Tak Berjudul

Tak Berjudul

Seperti merbabu yang tak juga kunjung hilang dari pandangan mata, meski badai, meski hujan, meski petir menerkam siang dan malam. seperti itulah rasa yang ditanggung raga.

waktu berbilang Tahun tak juga sanggup lenyapkan rasa, jutaan butir hujan membasahi bumi tak juga mampu padamkan bara, bara cinta yang dulu menggelora bagai laksana api dalam neraka, membakar jiwa yang penuh dosa, penuh teriakan manusia-manusia laknat, pendusta dan penghianat!

wajah mu, ya wajah mu itu, hancur leburkan hati yang mengharap masa. raga ku meregang, darah ku seakan sirnah ~ beku, nyawa seakan melayang ingin lepas dari sukmanya, saat terlihat jelas senyum mu di pelaminan, bersamanya.
loading...
loading...

Kategori